Kamis, 30 April 2015

6/7.3 Penyebab dan Dampak kemiskinan

       Penyebab dan Dampak kemiskinan

Penyebab Kemiskinan
Secara umum, penyebab kemiskinan dapat dibagi kedalam empat mazhab (Spicker, 2002),yaitu:Pertama, Individual explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan cenderungdiakibatkan oleh karakteristik orang miskin itu sendiri. Karakteristik yang dimaksud sepertimalas dan kurang sungguh-sungguh dalam segala hal, termasuk dalam bekerja.Mereka juga sering salah dalam memilih, termasuk memilih pekerjaan, memilih jalan hidup,memilih tempat tinggal, memilih sekolah dan lainnya. Gagal, sebahagian orang miskin bukankarena tidak pernah memiliki kesempatan, namun ia gagal menjalani dengan baik kesempatantersebut. Seseorang yang sudah bekerja namun karena sesuatu hal akhirnya ia diberhentikan(PHK) dan selanjutnya menjadi miskin.Ada juga yang sebelumnya telah memiliki usaha yang baik, namun gagal dan bangkrut,akhirnya menjadi miskin. Sebahagian lagi pernah memperoleh kesempatan mengikutipendidikan yang lebih tinggi, namun gagal menyelesaikannya, drop out dan akhirnya menjadimiskin. Tidak jarang juga terlihat bahwa seseorang menjadi miskin karena memiliki cacatbawaan.Dengan keterbatasannya itu ia tidak mampu bekerja dengan baik, bersaing dengan yang lebihsehat dan memiliki kesempatan yang lebih sedikit dalam berbagai hal yang dapat menentukankondisi ekonomi hidupnya.Kedua, Familial explanation, mazhab ini berpendapat bahwa kemiskinan lebih disebabkan olehfaktor keturunan. Tingkat pendidikan orang tua yang rendah telah membawa dia kedalamkemiskinan. Akibatnya ia juga tidak mampu memberikan pendidikan yang layak kepadaanaknya, sehingga anaknya juga akan jatuh pada kemiskinan. Demikian secara terus menerusdan turun temurun.
Ketiga, Subcultural explanation, menurut mazhab ini bahwa kemiskinan dapat disebabkan oleh kultur, kebiasaan, adat-istiadat, atau akibat karakteristik perilaku lingkungan. Misalnya,kebiasaan yang bekerja adalah kaum perempuan, kebiasaan yang enggan untuk bekerja kerasdan menerima apa adanya, keyakinan bahwa mengabdi kepada para raja atau orang terhormatmeski tidak diberi bayaran dan berakibat pada kemiskinan. Terkadang orang seperti ini justerutidak merasa miskin karena sudah terbiasa dan memang kulturnya yang membuat demikian.Keempat, Structural explanations, mazhab ini menganggap bahwa kemiskinan timbul akibatdari ketidakseimbangan, perbedaan status yang dibuat oleh adat istiadat, kebijakan, dan aturanlain menimbulkan perbedaan hak untuk bekerja, sekolah dan lainnya hingga menimbulkankemiskinan di antara mereka yang statusnya rendah dan haknya terbatas.Kemiskinan yang disebabkan oleh dampak kebijakan pemerintah, atau kebijakan yang tidakberpihak pada kaummiskin juga masuk ke dalam mazhab ini, sehingga kemiskinan yang timbulitu sering disebut dengan kemiskinan struktural.Kemiskinan tidak hanya terdapat di desa, namun juga di kota.

Kemiskinan di desa terutamadisebabkan oleh faktor-faktor antara lain:
1)      Ketidakberdayaan. Kondisi ini muncul karena kurangnya lapangan kerja, rendahnya hargaproduk yang dihasilkan mereka, dan tingginya biaya pendidikan,
2)      Keterkucilan, rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya keahlian, sulitnya transportasi, sertaketiadaan akses terhadap kredit menyebabkan mereka terkucil dan menjadi miskin,
3)      Kemiskinan materi, kondisi ini diakibatkan kurangnya modal, dan minimnya lahan pertanianyang dimiliki menyebabkan penghasilan mereka relatif rendah,
4)       Kerentanan, sulitnya mendapatkan pekerjaan, pekerjaan musiman, dan bencana alam,membuat mereka menjadi rentan dan miskin,
5)      Sikap, sikap yang menerima apa adanya dan kurang termotivasi untuk bekerja kerasmembuat mereka menjadi miskin.Kemiskinan di kota pada dasarnya disebabkan oleh faktor-faktor yang sama dengan di desa,yang berbeda adalah penyebab dari faktor-faktor tersebut, misalnya faktor ketidakberdayaan dikota cendrung disebabkan oleh kurangnya lapangan kerja, dan tingginya biaya hidup.

Kemiskinan dapat juga disebabkan oleh:
(a) rendahnya kualitas angkatan kerja
(b) akses yang sulit dan terbatas terhadap kepemilikan modal
(c) rendahnya tingkat penguasaan teknologi
(d) penggunaan sumberdaya yang tidak efisien
 (e) pertumbuhan penduduk yang tinggi 

Penyebab dan dampak kemiskinan
Selain dari berbagai pendapat di atas, kemiskinan secara umum disebabkan oleh dua faktor,yaitu faktor internal dan faktor eksternal.Faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri orang miskin, seperti sikap yangmenerima apa adanya, tidak bersungguh-sungguh dalam berusaha, dan kondisi fisik yangkurang sempurna. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri si miskin,seperti keterkucilan karena akses yang terbatas, kurangnya lapangan kerja, ketiadaankesempatan, sumberdaya alam yang terbatas, kebijakan yang tidak berpihak dan lainnya.Sebahagian besar faktor yang menyebabkan orang miskin adalah faktor eksternal.Beberapa faktor penyebab kemiskinan lainnya adalah pertumbuhan ekonomi lokal dan globalyang rendah, pertumbuhan penduduk yang tinggi, dan stabilitas politik yang tidak kondusif.
dampak kemiskinan antara lain :

1.Kriminalitas
   salahsatu faktor terjadinya kriminalitas adalah kemiskinan,mengapa..??,karena saat seseorang tidak mempunyai penghasilan sementara dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya,maka ia akan melakukan berbagai hal termasuk tindakan kriminal,seperti pencurian,perampokan bahkan hingga pembunuhan.

2.Tingkat pendidikan rendah
   dampak lain dari kemiskinan yaitu tingkat pendidikan yang rendah,hal ini dikarenakan pendidikan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit,dan pasti akan menyulitkan rakyat miskin,walaupun pemerintah sudah memberikan berbagai bantuan bahkan hingga pendidikan gratis dari sd hingga sltp hingga saat ini,tapi tetap saja belum memaksimalkan pendidikan untuk kalangan miskin,dan hal ini akan terus berdampak pada meningkatnya kemiskinan jika tingkat pendidikan tetap rendah.

3.Tingkat kesehatan rendah dan meningkatnya angka kematian
    Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan sehingga membuat tingginya angka kematian,hal ini dikarenakan biaya untuk kesehatan,sebagaimana slogan "sehat itu mahal" memang benar slogan tersebut, sehingga masyarakat miskin akan merasakan betapa beratnya biaya rumah sakit,sehingga mereka tidak bisa berobat kerumah sakit dikarenakan faktor biaya.,selain itu kemiskinan juga menyebabkan buruknya kesehatan pada bayi dan balita yang membutuhka banyak asupan gizi,sedangkan orang tua mereka tidak mempunyai materi yang cukup untuk memenuhi hal tersebut,sehingga banyak terdapat bayi yang lahir cacat karena kurangnya asupan giza saat dalam kandungan..,serta banyak balita hingga anak usia pertumbuhan terkena busung lapar,dikarenaka tidak memadainya asupan makanan mereka,tentu saja kita sudah tahu tentang hal ini dari berita-berita di media massa.

itu hanya sebagian saja dari banyaknya dampak yang disebabkan kemiskinan,,mudah-mudahan pembaca dapat tergugah agar lebih rajin sekolah,kuliah ataupun yang sudah kerja untuk mendapatkan kesejahteraan dalam menjalani hidup ini.



Daftar Pustaka :

6/7.2 Garis kemiskinan

Garis kemiskinan

Garis kemiskinan di Indonesia secara luas digunakan pertama kali dikenalkan oleh Sajogyo pada tahun 1964 yang diukur berdasarkan konsumsi setara beras per tahun. Menurut Sajogyo terdapat tiga ukuran garis kemiskinan yaitu miskin, sangat miskin dan melarat yang diukur berdasarkan konsumsi per kapita per tahun setara beras sebanyak 480 kg, 360 kg dan 270 kg untuk daerah perkotaan dan 320 kg, 240 kg dan 180 kg untuk daerah pedesaan (Arndt, Pembangunan dan Pemerataan, hal 58, 1987). BPS menghitung jumlah dan persentase penduduk miskin (head count index) yaitu penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan berdasarkan data hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas). Garis kemiskinan yang merupakan dasar penghitungan jumlah penduduk miskin dihitung dengan menggunakan pendekatan kebutuhan dasar (basic needs approach) yaitu besarnya rupiah yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar minimum makanan dan non makanan atau lebih dikenal dengan garis kemiskinan makanan dan non makanan.

Garis kemiskinan makanan yang dimaksud adalah pengeluaran konsumsi per kapita per bulan yang setara dengan 2.100 kalori per kapita per hari. Sedangkan garis kemiskinan non makanan adalah besarnya rupiah untuk memenuhi kebutuhan non makanan seperti perumahan, kesehatan, pendidikan, angkutan, pakaian dan barang atau jasa lainnya. Komponen garis kemiskinan makanan adalah nilai rupiah yang dikeluarkan untuk memenuhi 52 komoditi makanan terpilih hasil Susenas modul konsumsi. Sedangkan garis kemiskinan non makanan adalah nilai rupiah dari 27 sub kelompok pengeluaran yang terdiri atas Determinan kemiskinan..., Roy Hendra, FE UI, 2010.22 Universitas Indonesia 51 jenis komoditi dasar non makanan di perkotaan dan 47 jenis komoditi di pedesaan. Dapat disimpulkan secara umum bahwa kemiskinan absolut adalah kondisi kemiskinan yang terburuk yang diukur dari tingkat kemampuan suatu keluarga dalam membiayai kebutuhan yang paling minimal untuk dapat hidup sesuai dengan taraf hidup kemanusiaan yang paling rendah. Oleh karena itu, penelitian ini selanjutnya mengacu kepada defenisi kemiskinan tersebut

Kemiskinan Relatif Kemiskinan relatif pada dasarnya menunjuk pada perbedaan relatif tingkat kesejahteraan antar kelompok masyarakat. Mereka yang berada dilapis terbawah dalam persentil derajat kemiskinan suatu masyarakat digolongkan sebagai penduduk miskin. Dalam kategori seperti ini, dapat saja mereka yang digolongkan sebagai miskin sebenarnya sudah dapat mencukupi hak dasarnya, namun tingkat keterpenuhannya berada dilapisan terbawah. Kemiskinan relatif memahami kemiskinan dari dimensi ketimpangan antar kelompok penduduk. Pendekatan ketimpangan tidak berfokus pada pengukuran garis kemiskinan, tetapi pada besarnya perbedaan antara 20 atau 10 persen masyarakat paling bawah dengan 80 atau 90 persen masyarakat lainnya. Kajian yang berorientasi pada pendekatan ketimpangan tertuju pada upaya memperkecil perbedaan antara mereka yang berada dibawah (miskin) dan mereka yang makmur dalam setiap dimensi statifikasi dan diferensiasi sosial. Ketimpangan merupakan suatu permasalahan yang berbeda dengan kemiskinan. Dalam hal mengidentifikasi dan menentukan sasaran penduduk miskin, maka garis kemiskinan relatif cukup untuk digunakan dan perlu disesuaikan terhadap tingkat pembangunan negara secara keseluruhan. Garis kemiskinan relatif tidak dapat dipakai untuk membandingkan tingkat kemiskinan antar negara dan waktu karena tidak mencerminkan tingkat kesejahteraan yang sama. World Bank mengelompokkan penduduk kedalam tiga kelompok sesuai dengan besarnya pendapatan: 40 persen penduduk dengan pendapatan rendah, 40 persen penduduk dengan pendapatan menengah dan 20 persen penduduk

dengan pendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40 persen terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori ketimpangan ditentukan dengan menggunakan kriteria seperti berikut: Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara 12-17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang. Jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah




Daftar Pustaka :






6/7.1 konsep dan pengertian kemiskinan


Pengertian

Kemiskinan adalah ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (BPS dan Depsos, 2002:3).
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah garis nilai standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan, yang disebut garis kemiskinan (poverty line) atau batas kemiskinan (poverty threshold). Garis kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kilo kalori per orang per hari dan kebutuhan non-makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya (BPS dan Depsos,2002:4).

Kemiskinan pada umumnya didefinisikan dari segi pendapatan dalam bentuk uang ditambah dengan keuntungan-keuntunan non-material yang diterima oleh seseorang. Secara luas kemiskinan meliputi kekurangan atau tidak memiliki pendidikan, keadaan kesehatan yang buruk, kekurangan transportasi yang dibutuhkan oleh masyarakat (SMERU dalam Suharto dkk, 2004).

Fakir miskin adalah orang yang sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau orang yang mempunyai sumber mata pencaharian tetapi tidak memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan (Depsos, 2001).
Kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk mengakumulasikan basis kekuasaan sosial. Basis kekuasaan sosial meliputi:

  1. modal produktif atau asset (tanah, perumahan, alat produksi, kesehatan),
  2. sumber keuangan (pekerjaan, kredit),
  3. organisasi sosial dan politik yang dapat digunakan untuk mencapai kepentingan bersama (koperasi, partai politik, organisasi sosial),
  4.  jaringan sosial untuk memperoleh pekerjaan, barang, dan jasa,
  5. pengetahuan dan keterampilan, dan
  6.  informasi yang berguna untuk kemajuan hidup (Friedman dalam Suharto, dkk.,2004:6).



Konsep Kemiskinan
Kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi yaitu kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif adalah konsep kemiskinan yang mengacu pada kepemilikan materi dikaitkan dengan standar kelayakan hidup seseorang atau kekeluarga. Kedua istilah itu menunjuk pada perbedaan sosial (social distinction) yang ada dalam masyarakat berangkat dari distribusi pendapatan. Perbedaannya adalah bahwa pada kemiskinan absolut ukurannya sudah terlebih dahulu ditentukan dengan angka-angka nyata (garis kemiskinan) dan atau indikator atau kriteria yang digunakan, sementara pada kemiskinan relatif kategori kemiskinan ditentukan berdasarkan perbandingan relatif tingkat kesejahteraan antar penduduk. Untuk melihat lebih jauh kondisi kemiskinan yang terjadi di Indonesia berikut ini ditampilkan tabel perkembangan jumlah penduduk miskin yang terjadi di daerah perkotaan dan pedesaan beserta persentase penduduk miskin




Daftar Pustaka :







5.5 Perubahan Struktur ekonomi


  Perubahan Struktur Ekonomi Indonesia
Struktur perekonomian adalah komposisi peranan masing-masing sektor dalam
perekonomian baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer, sekunder dan tersier.  
Ada kecenderungan (dapat dilihat sebagai suatu hipotesis) bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain mendukung proses, seperti manusia (tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi tersedia.

1. Teori dan Bukti Empiris
            Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi, yakni dari Arthur lewis (teori migrasi) dan Hollis chenery (teori transformasi struktural).
            Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan eokonomi yang terjadi di pedesaan dan perkotaan. Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
            Teori Chenery, dikenal dengan teori pattern of development, memfokuskan peda perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di NSB, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional  (subsistens) ke sektor industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
            Di dalam kelompok negara-negara sedang berkembang (NSB), banyak negara yang juga mengalami transisi ekonomi yang pesat dalam tiga dekade terakhir ini, walaupun pola dan prosesnya berbeda antar negara. Variasi ini disebabkan oleh perbedaan antarnegara dalam jumlah faktor internal seperti berikut.

a. Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)
            Suatu negara yang awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya sudah memiliki industri-industri dasar, seperti mesin,besi dan baja yang relatif kuat akan mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat dibandingkan negara yang hanya memiliki industri-industri ringan, seperti tekstil, pakaian jadi, alas kaki, makanan, dan mimuman.

b. Besarnya pasar dalam negeri
            Besarnya pasar domestik ditentikan oleh kombinasi antara jumlah populasi dan tingkat pendapatan riil per kapita.

c. Pola distribusi pendapatan
            Walaupun tingkat pendapatan rata-rata perkapita naik pesat, tetapi kalau distribusinya sangat pincang, kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu berarti bagi pertumbuhan industri-industri selain industri-industri yang membuat barang-barang sederhana makanan dan minuman. Sepatu dan pakaian jadi (tekstil).

d. Karakteristik dari industrialisasi
            Cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang diterapkan, jenis industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang diberikan.

e. Keberadaan SDA
            Ada kecenderungan bahwa yang kaya SDA mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah atau terlambat melakukan industrialisasi atau tidak berhasil melakukan diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada negara yang miskin SDA.

f. Kebijakan perdagangan luar negeri
            Fakta menunjukan bahwa di negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup (inward looking), pola dan hasil industrialisasinya berbeda dibandingkan di negara-negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka (outward looking).

2. Kasus Indonesia
            Kalau dilihat sejak awal era pemerintahan orde baru hingga sekarang, dapat dikatakan bahwa proses perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat. Namun demikian, penurunan rasio output pertanian terhadap PDB tersebut tidak berarti bahwa volume produksi di sektor tersebut berkurang selama periode tersebut (pertumbuhan rata-rata per tahun negatif).
            Penurunan tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan output (rata-rata per tahun total) di sektor tersebut relatif lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan output dari sektor industri.

 KRISIS EKONOMI 1997/1998
            Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menjelang akhir tahun 1997 dan mencapai klimaksnya pada tahun 1998 sangat memukul perekonomian Indonesia. Pada tahun 1998 PDB merosot tajam hingga 13% yang membuat pendapatan per kapita juga menurun drastis. Merosotnya PDB hingga 13% bukan suatu hal yang kecil, mengingat bahwa sepanjang sejarah Indonesia sejak 1945 hingga 1996 ekonomi Indonesia belum pernah mengalami PDB hingga 13%.
            Dari sisi suplai, sektor industri manufaktur dan sektor konstruksi (bangunan), yang pada era orde baru bukan saja berkembang sangat pesat, tetapi juga sebagai motor utama pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan produksi yang signifikan. Krisis ekonomi tersebut diawali oleh krisis keuangan dan yang terakhir ini disebabkan oleh krisis rupiah.
            Menjelang pertengahan 1997, ekonomi dari negara-negara Asia , khususnya Indonesia, Thailand, Malaysia, dan korea Selatan, mulai menunjukkan kecenderungan memanas, yang salah satu tandanya adalah laju inflasi yang mulai merangkak naik. Dan menjelang tahun 1998 semakin defisit dan ini biasanya menimbulkan kenaikan utang, khususnya dari luar negeri.

            Langkah-langkah yang harus diambil agar krisis serupa tidak terulang lagi adalah sebagai berikut:
(1)    Ekspor diperkuat,
(2)    Ketergantungan pada ULN, impor, dan investasi jangka pendek atau yang   bermotivasi spekulasi dihilangkan,
(3)    Sektor perbankan diperkuat,
(4)    Menerapkan kembali mekanisme penentuan kurs berdasarkan sistem bebas terkendali, dan
(5)    Menyiapkan cara/kebijakan penanggulangan krisis yang bagus dengan memerhatikan semua faktor yang secara teori sangat memungkinkan munculnya suatu krisis serupa.


Daftar Pustaka :















5.4 Faktor factor penentu prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia

Faktor factor penentu prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia
Adapun faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonom Indonesia, secara umum adalah :
1. Faktor produksi
2. Faktor investasi
3. Faktor perdagangan luar negeri dan neraca pembayaran
4. Faktor kebijakan moneter dan inflasi
5. Faktor keuangan Negara

Faktor yang Mempengaruhi Investasi dalam Perekonomian Suatu Negara.
Investasi merupakan faktor yang sangat penting dalam menggerakkan dan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun ada berbagai pertimbangan yang dirasa perlu oleh para investor yang membuat harapan masuknya investasi, terutama investasi asing terkadang masih sulit untuk diwujudkan di Indonesia.
Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, 1993, 183 Investasi adalah hasil biaya investasi yang ditentukan oleh kebijakan tingkat bunga dan pajak, serta harapan mengenai masa depan. Faktor-faktor penentu investasi sangat tergantung pada situasi dimasa depan yang sulit untuk diramalkan, maka investasi merupakan komponen yang paling mudah berubah.
Adapun faktor yang dapat mempengaruhi investasi yang dijadikan bahan pertimbangan investor dalam menanamkan modalnya, antara lain:

Faktor kestabilan perekonomian negara
Faktor kestabilan perekonomian, merupakan salah satu pertimbangan yang penting dalam melakukan investasi. Kabar baiknya adalah bahwa Indonesia, menurut Kepala Ekonom DBS Bank David Carbon, saat ini menjadi salah satu negara sasaran investasi yang ideal karena memiliki struktur perekonomian yang cenderung stabil.

Faktor perubahan dan perkembangan teknolog
Sedangkan faktor kemajuan teknologi juga penting dalam meningkatkan efisiensi produksi dan mengurangi biaya produksi. Dengan kemajuan teknologi yang dimiliki oleh suatu negara akan memberikan peluang lebih besar pula untukdapat mendorong masuknya lebih banyak investasi.

Faktor tingkat suku bunga
Mengenai tingkat suku bunga. Faktor ini juga tidak kalah pentingnya dalam menentukan tingkat investasi yang terjadi dalam suatu negara. Apabila di suatu negara tingkat suku bunganya rendah, maka tingkat investasi yang terjadi akan tinggi karena kredit dari bank masih menguntungkan untuk mengadakan investasi. Sebaliknya apabila tingkat bunga tingginya, maka investasi dari kredit bank pun akan tidak menguntungkan.

Faktor prospek ekonomi di masa datang
Faktor prospek ekonomi di masa datanglah yang merupakan faktor yang paling mempengaruhi tingkat investasi dalam perekonomian suatu negara. Tidak dapat dipungkiri, harapan untuk adanya suatu peningkatan aktivitas perekonomian di masa datang merupakan salah satu faktor penentu untuk para investor dalam melakukan atau tidaknya suatu investasi. Jika diperkirakan akan terjadi peningkatan aktivitas perekonomian di masa yang akan datang, maka investor kemungkinan besar tidak akan menyia-nyiakan peluang yang memungkinkan untuk meraih keuntungan lebih besar di masa yang datang.

Pengaruh Nilai Tukar
Secara teoritis dampak perubahan tingkat / nilai tukar dengan investasi bersifat uncertainty (tidak pasti). Shikawa (1994), mengatakan pengaruh tingkat kurs yang berubah pada investasi dapat langsung lewat beberapa saluran, perubahan kurs tersebut akan berpengaruh pada dua saluran, sisi permintaan dan sisi penawaran domestik. Dalam jangka pendek, penurunan tingkat nilai tukar akan mengurangi investasi melalui pengaruh negatifnya pada absorbsi domestik atau yang dikenal dengan expenditure reducing effect. Karena penurunan tingkat kurs ini akan menyebabkan nilai riil aset masyarakat yang disebabkan kenaikan tingkat harga-harga secara umum dan selanjutnya akan menurunkan permintaan domestik masyarakat. Gejala diatas pada tingkat perusahaan akan direspon dengan penurunan pada pengeluaran / alokasi modal pada investasi.
Pada sisi penawaran, pengaruh aspek pengalihan pengeluaran (expenditure switching) akan perubahan tingkat kurs pada investasi relatif tidak menentu. Penurunan nilai tukar mata uang domestik akan menaikkan produk-produk impor yang diukur dengan mata uang domestik dan dengan demikian akan meningkatkan harga barang-barang yang diperdagangkan / barang-barang ekspor (traded goods)relatif terhadap barang-barang yang tidak diperdagangkan (non traded goods), sehingga didapatkan kenyataan nilai tukar mata uang domestik akan mendorong ekspansi investasi pada barang-barang perdagangan tersebut.

Pengaruh Tingkat Suku Bunga
Tingkat bunga mempunyai pengaruh yang signifikan pada dorongan untuk berinvestasi. Pada kegiatan produksi, pengolahan barang-barang modal atau bahan baku produksi memerlukan modal (input) lain untuk menghasilkan output / barang final.

PengaruhTingkat Inflasi
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada tingkat investasi hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang tinggi akan meningkatkan resiko proyek-proyek investasi dan dalam jangka panjang inflasi yang tinggi dapat mengurangi rata-rata masa jatuh pinjam modal serta menimbulkan distrosi informasi tentang harga-harga relatif. Disamping itu menurut Greene dan Pillanueva (1991), tingkat inflasi yang tinggi sering dinyatakan sebagai ukuran ketidakstabilan roda ekonomi makro dan suatu ketidakmampuan pemerintah dalam mengendalikan kebijakan ekonomi makro.
Di Indonesia kenaikan tingkat inflasi yang cukup besar biasanya akan diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga perbankan. Dapat dipahami, dalam upayanya menurunkan tingkat inflasi yang membumbung, pemerintah sering menggunakan kebijakan moneter uang ketat (tigh money policy). Dengan demikian tingkat inflasi domestik juga berpengaruh pada investasi secara tidak langsung melalui pengaruhnya pada tingkat bunga domestik.

Pengaruh Infrastruktur
Seperti dilakukan banyak negara di dunia, pemerintah mengundang investor guna berpartisipasi menanamkan modalnya di sektor-sektor infrastruktur, seperti jalan tol, sumber energi listrik, sumber daya air, pelabuhan, dan lain-lain. Partisipasi tersebut dapat berupa pembiayaan dalam mata uang rupiah atau mata uang asing. Melihat perkembangan makro-ekonomi saat ini, terutama memperhatikan kecenderungan penurunan tingkat bunga.
Pembangunan kembali infrastruktur tampaknya menjadi satu alternatif pilihan yang dapat diambil oleh pemerintah dalam rangka menanggulangi krisis. Pembangunan infrastruktur akan menyerap banyak tenaga kerja yang selanjutnya akan berpengaruh pada meningkatnya gairah ekonomi masyarakat. Dengan infrastruktur yang memadai, efisiensi yang dicapai oleh dunia usaha akan makin besar dan investasi yang didapat semakin meningkat.

Pengeluaran pemerintah
Pengeluaran pemerintah disini adalah meliputi semua pembelian barang dan jasa yang dilakukan oleh pemerintah daerah. Pemerintah sebagai salah satu pelaku ekonomi yang memiliki tujuan untuk mendukung kegiatan roda perekonomian agar berjalan lebih baik dan bersemangat. Peran pemerintah seperti dikemukakan oleh Keynes sering kali diperlukan untuk mendorong pertumbuhan perekonomian



Daftar Pustaka :




http://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/pengaruh-investasi-terhadap-pertumbuhan-ekonomi
suatu-negara



5.3 Pertumbuhan Ekonomi selama orde baru hingga saat ini

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Sejak Orde Baru Hingga Pasca Krisis 

       Melihat kondisi pembangunan ekonomi Indonesia selama pemerintahan orde baru (sebelum krisis 1997) dapat dikatakan bahwa Indonesia telah mengalami suatu proses pembangunan ekonomi yang spektakuler, paling tidak pada tingkat makro. Dua di antaranya yang umum digunakan adalah tingkat PN per kapita dan laju pertumbuhan PDB per tahun.
          Resensi ekonomi dunia yang terutama disebabkan oleh rendahnya laju pertumbuhan PDB atau PN di NM, yang secara bersama mendominasi perdagangan dunia, mengakibatkan lemahnya permintaan dunia terhadap barang-barang ekspor dari Indonesia, yang selanjutnya dapat menyebabkan defisit saldo neraca perdagangan.
          Pada awalnya, salah satu faktor penting yang menyebabkan merosotnya kegiatan invertasi di dalam negeri selama masa krisis, seperti juga di negara-negara Asia lain yang terkena krisis (Korea Selatan dan Thailand), adalah karena kerugian besar yang di alami oleh banyak perusahaan swata akibat depresiasi rupiah yang besar, sementara uang luar negerinya dalam mata uang dolas AS tidak dilindungi (hedging) sebelumnya dengan kurs tertentu di pasar berjangka waktu ke depan (forward).

Antara tahun 1965 sampai 1997 perekonomian Indonesia tumbuh dengan persentase rata-rata per tahunnya tujuh persen. Dengan pencapaian ini Indonesia tidak lagi berada di tingkatan “negara-negara berpendapatan rendah” melainkan masuk ke tingkatan “negara-negara berpendapatan menengah”. Meskipun demikian, krisis keuangan Asia yang terjadi di akhir tahun 1990an telah memberikan efek negatif bagi perekenomian nasional, akibatnya produk domestik bruto (PDB) Indonesia turun 13.6 persen di tahun 1998 dan naik sedikit di tahun 1999 sebanyak 0.3 persen. Antara tahun 2000 sampai 2004 perekenomian mulai memulih dengan rata-rata pertumbuhan PDB sebanyak 4.6 persen per tahun. Setelah itu PDB Indonesia meningkat dengan nilai rata- rata per tahun sekitar enam persen, kecuali tahun 2009 dan 2013, ketika gejolak krisis keuangan global dan ketidakpastian terjadi. Meski masih cukup mengagumkan, PDB Indonesia turun ke nilai 4.6 persen dan 5.8 persen pada kedua tahun tersebut.




           Rata-rata
Pertumbuhan PDB 
(%)
1998 – 1999
              - 6.65
2000 – 2004
                4.60
2005 – 2009
                5.64
2010 – 2013
                6.15


  2006
  2007
  2008
  2009
  2010
  2011
  2012
  2013
PDB
(dalam milyar USD)
 285.9
 364.6
 432.1
 510.2
 539.4
 706.6
 846.8
 878.0
PDB
(perubahan % tahunan)
   5.5
   6.3
   6.1
   4.6
   6.1
   6.5
   6.2
   5.8
PDB per Kapita
(dalam USD)
 1,643
 1,923
 2,244
 2,345
 2,984
 3,467
 3,546
 3,468
Sumber: Bank Dunia, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Badan Pusat Statistik (BPS)







Daftar Pustaka :


http://www.indonesia-investments.com/id/keuangan/angka-ekonomi-makro/produk-domestik-bruto-indonesia/item253

http://pertumbuhanekonomiindonesia-indra.blogspot.com/2010/11/pertumbuhan-ekonomi-perubahan-struktur.html