Perubahan
Struktur Ekonomi Indonesia
Struktur
perekonomian adalah komposisi peranan masing-masing sektor dalam
perekonomian
baik menurut lapangan usaha maupun pembagian sektoral ke dalam sektor primer,
sekunder dan tersier.
Ada kecenderungan (dapat dilihat sebagai suatu hipotesis)
bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi
pendapatan masyarakat per kapita, semakin cepat perubahan struktur ekonomi,
dengan asumsi faktor-faktor penentu lain mendukung proses, seperti manusia
(tenaga kerja), bahan baku, dan teknologi tersedia.
1. Teori dan Bukti Empiris
Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur
ekonomi, yakni dari Arthur lewis (teori migrasi) dan Hollis chenery (teori
transformasi struktural).
Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan eokonomi yang
terjadi di pedesaan dan perkotaan. Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa
perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua, yaitu perekonomian
tradisional di pedesaan yang didominasi oleh sektor pertanian dan perekonomian
modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
Teori Chenery, dikenal dengan teori pattern of development, memfokuskan peda
perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di NSB, yang
mengalami transformasi dari pertanian tradisional (subsistens) ke sektor
industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi.
Di dalam kelompok negara-negara sedang berkembang (NSB), banyak negara yang
juga mengalami transisi ekonomi yang pesat dalam tiga dekade terakhir ini,
walaupun pola dan prosesnya berbeda antar negara. Variasi ini disebabkan oleh
perbedaan antarnegara dalam jumlah faktor internal seperti berikut.
a. Kondisi dan struktur awal
ekonomi dalam negeri (basis ekonomi)
Suatu negara yang awal pembangunan ekonomi/industrialisasinya sudah memiliki
industri-industri dasar, seperti mesin,besi dan baja yang relatif kuat akan
mengalami proses industrialisasi yang lebih cepat dibandingkan negara yang
hanya memiliki industri-industri ringan, seperti tekstil, pakaian jadi, alas
kaki, makanan, dan mimuman.
b. Besarnya pasar dalam negeri
Besarnya pasar domestik ditentikan oleh kombinasi antara jumlah populasi dan
tingkat pendapatan riil per kapita.
c. Pola distribusi pendapatan
Walaupun tingkat pendapatan rata-rata perkapita naik pesat, tetapi kalau
distribusinya sangat pincang, kenaikan pendapatan tersebut tidak terlalu
berarti bagi pertumbuhan industri-industri selain industri-industri yang
membuat barang-barang sederhana makanan dan minuman. Sepatu dan pakaian jadi
(tekstil).
d. Karakteristik dari
industrialisasi
Cara pelaksanaan atau strategi pengembangan industri yang diterapkan, jenis
industri yang diunggulkan, pola pembangunan industri, dan insentif yang diberikan.
e. Keberadaan SDA
Ada kecenderungan bahwa yang kaya SDA mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih
rendah atau terlambat melakukan industrialisasi atau tidak berhasil melakukan
diversifikasi ekonomi (perubahan struktur) daripada negara yang miskin SDA.
f. Kebijakan perdagangan luar negeri
Fakta menunjukan bahwa di negara yang menerapkan kebijakan ekonomi tertutup
(inward looking), pola dan hasil industrialisasinya berbeda dibandingkan di
negara-negara yang menerapkan kebijakan ekonomi terbuka (outward looking).
2. Kasus Indonesia
Kalau dilihat sejak awal era pemerintahan orde baru hingga sekarang, dapat
dikatakan bahwa proses perubahan struktur ekonomi Indonesia cukup pesat. Namun
demikian, penurunan rasio output pertanian terhadap PDB tersebut tidak berarti
bahwa volume produksi di sektor tersebut berkurang selama periode tersebut
(pertumbuhan rata-rata per tahun negatif).
Penurunan tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan output (rata-rata per tahun
total) di sektor tersebut relatif lebih rendah dibandingkan laju pertumbuhan
output dari sektor industri.
KRISIS EKONOMI 1997/1998
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menjelang akhir tahun 1997 dan mencapai
klimaksnya pada tahun 1998 sangat memukul perekonomian Indonesia. Pada tahun
1998 PDB merosot tajam hingga 13% yang membuat pendapatan per kapita juga
menurun drastis. Merosotnya PDB hingga 13% bukan suatu hal yang kecil,
mengingat bahwa sepanjang sejarah Indonesia sejak 1945 hingga 1996 ekonomi
Indonesia belum pernah mengalami PDB hingga 13%.
Dari sisi suplai, sektor industri manufaktur dan sektor konstruksi (bangunan),
yang pada era orde baru bukan saja berkembang sangat pesat, tetapi juga sebagai
motor utama pertumbuhan ekonomi juga mengalami penurunan produksi yang
signifikan. Krisis ekonomi tersebut diawali oleh krisis keuangan dan yang
terakhir ini disebabkan oleh krisis rupiah.
Menjelang pertengahan 1997, ekonomi dari negara-negara Asia , khususnya
Indonesia, Thailand, Malaysia, dan korea Selatan, mulai menunjukkan
kecenderungan memanas, yang salah satu tandanya adalah laju inflasi yang mulai
merangkak naik. Dan menjelang tahun 1998 semakin defisit dan ini biasanya
menimbulkan kenaikan utang, khususnya dari luar negeri.
Langkah-langkah yang harus diambil agar krisis serupa tidak terulang lagi
adalah sebagai berikut:
(1) Ekspor diperkuat,
(2) Ketergantungan pada ULN,
impor, dan investasi jangka pendek atau yang bermotivasi spekulasi
dihilangkan,
(3) Sektor perbankan diperkuat,
(4) Menerapkan kembali mekanisme
penentuan kurs berdasarkan sistem bebas terkendali, dan
(5) Menyiapkan cara/kebijakan
penanggulangan krisis yang bagus dengan memerhatikan semua faktor yang secara
teori sangat memungkinkan munculnya suatu krisis serupa.
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar