Nilai tukar petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang
diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani
yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar petani merupakan salah
satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani. Pengumpulan data dan perhitungan NTP
di Indonesia dilakukan oleh Biro
Pusat Statistik.
Salah
satu indikator/alat ukur yang dipakai untuk menilai tingkat kesejahteraan
petani adalah Nilai Tukar Petani (NTP). Pengetahuan secara mendalam tentang
perilaku nilai tukar petani, dampak pembangunan dan identifikasi faktor-faktor
penentu nilai tukar akan sangat berguna bagi perencanaan kebijakan pembangunan,
perbaikan program-program pembangunan ke depan. Sejalan dengan itu dilakukan kajian
tentang NTP sebagai bahan dalam merumuskan kebijakan peningkatan kesejahteraan
petani. Secara umum, kajian bertujuan untuk merumuskan kebijakan peningkatan
kesejahteraan petani sebagai bahan dasar RPJMN 2015-2019 Bidang Pertanian.
Secara lebih rinci tujuan kajian adalah:
- Menganalisa perilaku nilai tukar petani Indonesia,
- Menganalisa faktor-faktor dan kebijakan yang mempengaruhi nilai tukar petani, dan
- Merumuskan kebijakan peningkatan nilai tukar/kesejahteraan petani
Nilai tukar
petani adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan
indeks harga yang dibayar petani (Ib) dalam persentase. Nila tukar petani juga
merupakan suatu indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat kesejahteraan
atau kemampuan daya beli petani (BPS, 2006)
Indeks
harga yang diterima petani (IT)
adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga produsen atas hasil
produksi petani. Dari nilai IT, dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang
yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga sebagai data penunjang dalam
penghitungan pendapatan sektor pertanian.
IT dihitung
berdasarkan nilai jual hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani, mencakup
sektor padi, palawija, hasil peternakan, perkebunan rakyat, sayuran, buah, dan hasil
Indeks
harga yang dibayar petani (IB)
adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan harga kebutuhan rumah tangga
petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga maupun kebutuhan untuk
proses produksi pertanian. Dari IB, dapat dilihat fluktuasi harga barang-barang
yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat di
pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil
pertanian. Perkembangan IB juga dapat menggambarkan perkembangan inflasi di
pedesaan.
IB
dihitung berdasarkan indeks harga yang harus dibayarkan oleh petani dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya dan penambahan barang modal dan biaya produksi,
yang dibagi lagi
Manfaat
Untuk mengukur kemampuan tukar (term of trade) produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga, dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan tingkat pendapatan petani dari waktu ke waktu yang dapat dipakai sebagai dasar kebijakan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan petani. Selain itu menunjukkan tingkat daya saing (competiveness) produk pertanian dibandingkan dengan produk lain
Untuk mengukur kemampuan tukar (term of trade) produk yang dijual petani dengan produk yang dibutuhkan petani dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga, dapat digunakan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan tingkat pendapatan petani dari waktu ke waktu yang dapat dipakai sebagai dasar kebijakan untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan petani. Selain itu menunjukkan tingkat daya saing (competiveness) produk pertanian dibandingkan dengan produk lain
Rumus
Interpretasi
* NTP>100, berarti petani mengalami surplus. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya; dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik disbanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya.
* NTP=100, berarti petani mengalami impas/break even. Tingkat kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan.
* NTP>100, berarti petani mengalami surplus. Pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya; dengan demikian tingkat kesejahteraan petani lebih baik disbanding tingkat kesejahteraan petani sebelumnya.
* NTP=100, berarti petani mengalami impas/break even. Tingkat kesejahteraan petani tidak mengalami perubahan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar
Petani (BPS, 2006):
- Indeks harga yang diterima petani (It). It digunakan untuk mengetahui fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. It ini terdiri dari: a) Indeks sub sektor tanaman bahan makanan (TBM), yang terdiri dari indeks kelompok tanaman padi, indeks kelompok tanaman palawija, indeks kelompok tanaman sayur-sayuran, dan indeks kelompok tanaman buah-buahan. b) Indeks sub sektor tanaman perkebunan rakyat (TPR) dengan komoditi cengkeh, jahe, jambu mete, jarak, kakao, karet, kapas, kapok, kayu manis, kelapa, kemiri, kina, kopi, lada, pala, panili, tebu, tembakau, the, serta tanaman perkebunan lainnya
- Indeks harga yang dibayar petani (Ib), digunakan untuk melihat fluktuasi harga komoditas yang dikonsumsi oleh petani dan harga barang yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian, terdiri dari:
a) Indeks kelompok konsumsi rumah tangga (KRT) yang meliputih:
- Indeks sub kelompok makanan
- Indeks sub kelompok perumahan
- Indeks sub kelompok pakaian
- Indeks sub kelompok barang dan jasa
b) Indeks Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal
(BPPBM), yang meliputi:
- Indeks sub kelompok: bibit, pupuk dan obat-obatan, hewan hewan atau tenaga
- Indeks sub kelompok upah, yang meliputi upah buruh
- Indeks sub kelompok lainnya, misalnya pengeluaran untuk kebutuhan lainnya.
- Indeks sub kelompok penambahan barang modal
Meningkatkan Nilai Tukar Petani
Peningkatan NTP
Di mulai dari petani itu sendiri,
dimana petani memegang peran utama dalam pertanian. Beberapa masalah yang
dihadapi petani adalah:
- Pemasaran Permasalahan ini dirasa sangat penting dalam mempengaruhi ketergantungan para petani terhadap para pembeli. Posisi tawar petani dan nilai tukar petani menjadi lemah karena mereka tidak mengetahui akan dijual kemana hasil bumi yang mereka hasilkan.
- Permodalan Selain permasalahan marketing, para petani mendapatkan permasalahan yang sangat besar dalam permodalan. Meskipun pada suatu saat mereka mendapatkan suatu peluang yang cukup besar, namun karena keterbatasan dana mereka tidak dapat mengembangkan usaha pertanian mereka
- Kepastian produk yang ditanam Untuk menanam sesuatu, para petani seringkali tidak mengetahui apa yang harus mereka tanam pada saat itu. Ketidaktahuan ini menyebabkan seringkali pula terjadi kesalahan tanam sehingga tidak akan menghasilkan hasil yang maksimal.
- Manajemen Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan petani yang menyebabkan petani tidak dapat menerapkan manajemen yang baik dalam usaha pertaniannya (Nugraha, et-al, 1998).
Daftar
Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar