Pembangunan
Indonesia Bagian Timur
Pembangunan
di daerah-daerah yang bersifat pembangunan regional, pembangunan wilayah atas
pembangunan kawasan, dimanapun dilaksanakan di kepulauan nusantara ini dan di
dalam skala apapun, adalah bagian terpadu dari pembangunan nasional yang
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan kesejahteraan masyarakat secara
merata.
Orientasi
terhadap suatu kawasan, seperti kawasan Indonesia Bagian Timur (IBT) adalah
karena sebab-sebab tertentu. Misalnya di kawasan tersebut secara relatif
(dibandingkan dengan daerah daerah di kawasan lain) masih jauh tertinggal baik
dalam hal keadaan prasarana fisik, sosial,
sumber daya
(dana dan manusia), maupun kelembagaan.
Perhatian
yang relative lebih besar sejak beberapa tahun terakhir ini ke IBT harus
dilihat dari konsekuensi prinsip pemerataan dari strategi Trilogi Pembangunan.
Dengan strategi tersebut dapat dipahami bahwa untuk meningkatkan prinsip
pemerataan, diperlukan pembangunan yang mengacu pada pertumbuhan ekonomi yang
cukup tinggi dan adanya kestabilan nasional yang dinamis. Oleh karena Indonesia
adalah Negara ksatuan yang berwawasan nusantara, maka kebijaksanaan
pembangunannya bersifat "menyatu dan "menyeluruh" secara
nasional meskipun pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan keadaan
setempat. Dengan
demikian, meskipun perhatian terhadap IBT relatif lebih besar, perhatian
tersebut tidak terlepas dari kemampuan nasional untuk meningkatkan potensi
pembangunan menjadi kinerja yang berdampak kepada perwujudan akan Trilogi
* Deputi Bidang
Sosial Budaya – Bappenas Pembangunan yaitu Pemerataan, Pertumbuhan Ekonomi, dan
Stabilitas Nasional. Artinya, keberhasilan pembanguan IBT perlu didukung oleh keberhasilan
pembangunan di semua wilayah Indonesia yang lain. Hal ini disebabkan sumber
daya pembangunan (penduduk, alam, prasarana, tingkat kemajuan pembangunan dll)
di berbagai wilayah Indonesia tidak sama potensinya. Keberhasilan merencanaan
dan melaksanakan pembangunan secara saksama dan terpadu dengan memanfaatkan
potensi sumber daya pembangunan di berbagai daerah dan wilayah, akan sal ing
mengisi dan memperkuat satu dengan lainnya, sehingga dapat dicapai suatu
gerakan pembangunan nasional seperti digariskan dalam GBHN dan Repelita.
Keadaan
Sumber Daya Manusia (SDM)
Salah satu sumber
daya pembangunan yang telah mendapat perhatian dan akan makin tinggi prioritasnya
adalah sumber daya manusia yang perlu ditingkatkan mutunya. Selama dua puluh
tahun pembangunan orde baru, telah banyak yang berhasil dicapai dalam upaya
meningkatkan mutu SDM. Dari sudut pendidikan demikian juga, meskipun masih banyak
rasa ketidak puasan tentang pendidikan kita, terutama dalam hal mutu pendidikan,
namun demikian pembangunan telah memberikan kesempatan belajar yang lebih besar
dan dan lebih luas kepada anak-anak TK, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi.
Jumlah anak umur 7-12 tahun (SD) hampir seluruhnya (99,6%) telah berpartisipasi
dalam pendidikan SD, 56,6% di SLTP, 38,8% di SLTA dan yang melanjutkan di PT 42%.
Angka-angka tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan pada awal tahun 70-an
pada saat memulai Repelita I.
Di
bidang kesehatan
Seperti
diketahui jugatelah dicapai banyak kemajuan penting, bidang penurunan angka
kematian bayi, perbaikan keadaan gizi penduduk, peningkatan umur harapan hidup,
dan Iain-lain.
Di
bidang ekonomi
Selama dua puluh
tahunlebih pembangunan telah berhasil meningkatkan
pertumbuhan ekonomi
rata-rata 6,5%. Dengan pertumbuhan ini Indonesia telah bangkit dari salah satu
negara yang termiskin di dunia pada tahun 1967 dengan pendapatan US $ 75 per
kapita meningkat menjadi US $ 500 per kapita pada tahun 1990.
Peningkatan pendapatan per kapita yang enam
kali lipat tersebut merupakan prestasi luar biasa bagi suatu negara yang
berpenduduk kelima terbesar di dunia. Peningkatan pendapatan disertai juga
makin
membaiknyaa pemerataan
distribusi pendapatan. Dalam tahun 1978 data SUSENAS menunjukkan bahwa ratio pendapatan
terendah adalah 6,2.
Disamping
keberhasilan-keberhasilan di bidang ekonomi, pendidikan, dan kesehatan seperti
diuraikan di
atas, masih banyak catatan dan keberhasilan lainnya, misalnya di bidang kependudukan
dan KB serta swasembada pangan.
Keberhasilan
pada tingkat nasional tersebut sangat penting artinya, antara lain bagi
peningkatan mutu sumber daya manusia, yang akhirnya akan sangat
diperlukan juga
untuk memacu pembangunan di daerah-daerah atau wilayah-wilayah.
Pembangunan IBT
Di balik keberhasilan
.pembangunan seperti diuraikan di muka, masih dihadapi masalah
kesenjangan laju
pembangunan antar daerah. Meskipun secara nasional tingkat kesenjangan
distribusi
pendapatan per kapita adalah masih lebih baik dibandingkan beberapa negara
lain, kita harus mengakui bahwa laju kecepatan pembangunan antar
daerah di
Indonesia ternyata berbeda. Ada daerah yang sangat cepat maju, ada yang
biasa-biasa saja (rata-rata nasional), dan ada juga yang sangat lambat bahkan
ketinggalan jauh dari rata-rata nasional.
Dengan
menggunakan IPS ( Indeks Pembangunan Sosial) yang diolah dari SUSENAS
dan dataa BPS
lainnya tahun 1985 dapat diketahui adanya disparitas kesenjangan pembangunan
kita. Angka IPS yang masuk peringkat terbaik (jauh di
atas rata-rata
nasional) adalah DKI, Yogyakarta, Kalimantan Timur, Sulawesi Utaara, dan Bali.
Sedang daerah-daerah
yang di bawah rata-rata nasional pada umumnya berada di wilayah IBT.
Apabila
diidentifikasikan secara umum, berbagai kendala pembangunan di IBT dapat dikelompokkan
ke dalam beberapa masalah, antara lain sebagai berikut:
1. Masalah
penduduk dalam jumlah, komposisi, penyebaran dan kualitasnya
2. Masalah
prasarana ekonomi (komunikasi darat, laut, udara)
3. Masalah
kehidupan pedesaan yang basis pertaniannya masih sangat tradissional;
4. Masalah
kelembagaan (aparatur pemerintah, swasta/dunia usaha, organisasi masyarakat).
Perlu dicatat
kendala-kendala tersebut juga terdapat di wilayah-wilayah lain seperti di Aceh,
bagian barat Sumatera pada umumnya, termasuk di bagian barat Aceh dan Sumatera
Utara.
Kebijaksanaan
pembangunan di IBT mengikuti kebijaksanaan umum nasional dalam prioritas alokasi
dana pada Repelita V yang ditekankan pada :
- Pembangunan
prasarana fisik ekonomi (jalan, jembatan, transportasi, komunikasi) dan prasarana fisik ssosial (sekolah,
puskesmass, rumah sakit)
- Sumber
daya manusia (pendidikan, kesehatan,keseempataan kerja, agama, dan
sebagainya)
- Penanggulangan
kemiskinan, antara lain dengan tnenyediakan pelayanan-pelayanan dasar
- Operasi
dan pemeliharaan.
Perencanaan
program Pembangunan prasarana fisik di IBT selama ini disesuaikan dengan
kendala dan potensi, permasalahan dan kebutuhan masing-masing daerah. Selama
ini untuk IBT telah diberikan perhatian besar pada pembangunan prasarana
pengairan, jalan, listrik, pelabuhan, telekomunikasi dan sebagainya untuk
memperlancar arus barang dan jasa serta merangsang kegiatan perekonomian
setempat. Sejalan dengan itu juga ditingkatkan programprogram sumber daya
manusia antara lain melalui perluasan dan peningkatan mutu pelayanan pendidikan
dan kesehatan. Pembangunan prasaranan ekonomi dan sumber daya manusia juga ditujukan untuk mendorong para investor di wilayah
IBT
DaftarPustaka :
ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/mpk/article/download/.../1541
Tidak ada komentar:
Posting Komentar