Perkembangan Ekspor Indonesia
Ekspor merupakan salah
satu variable injeksi dalam perekonomian suatu negara, artinya jika ekspor
suatu negara meningkat maka perekonomian negara tersebut akan lebih meningkat
lagi, karena adanya proses multipler dalam perekonomian tersebut.
Ekspor adalah barang
dan jasa yang diproduksi didalam negara dan dijual diluar negeri. (Mankiw,
2004: 240). Jika suatu negara membuka perdagangan internasional dan menjadi
pengekspor suatu barang, maka produsen domestic barang tersebut akan
diuntungkan dan konsumen domestic barang tersebut akan dirugikan. Pembukaan
perdagangan internasional akan menguntungkan negara yang bersangkutan secara
keseluruhan karena keuntungan yang diperoleh melebihi kerugian nya (Mankiw,
2006 : 221).
Dalam analisis
keseimbangan pendapatan nasional dalam perekonomian terbuka diandaikan Ekspor
merupakan pengeluaran otonomi, yaitu ia tidak ditentukan oleh pendapatan
nasional. Ekspor terutama ditentukkan oleh harga relative barang dalam negeri
dipasaran luar negeri, kemampuan barang dalam negeri untuk bersaing dipasaran
dunia, dan citarasa penduduk di negara-negara lain terhadap barang yang
diproduksikan suatu Negara (Sukirno, 2004 : 222).
Dari studi pertumbuhan
ekonomi selama periode 1968 – 1984 yang dilakukan oleh Bela Balassa (1986)
terhadap sekelompok luar negara-negara yang sedang berkembang yang dibedakan
antara negaranegara yang berorientasi keluar (Outward – Oriented Countries) dan
Negara-negara yang berorientasi kedalam ( Inward- oriental countries) menemukan
bahwa negara-negara yang menerapkan strategi pembangunan yang berorientasi
keluar memiliki kinerja pertumbuhan ekonomi yang jauh lebih baik dari pada
negara-negara yang menerapkan strategi pembangunan yang berorientasi kedalam
atau substitusi impor
Berdasarkan studi
dilakukan Hollis Chemery terhadap 20 negara yang sedang berkembang menemukan
bahwa total input productivity total meningkat diatas 3 persen pertahun di
negara-negara yang menerapkan Outward oriented atau export- led strategies,
sedangkan negara-negara yang menerapkan inward – oriented pertumbuhannya hanya
1 persen (Nanga, 2005 : 302).
Perkembangan nilai ekspor baik migas maupun non
migas di Indonesia selama periode 1993-1997 terus meningkat dan pada tahun
1998,1999 dan 2001 menurun, tetapi pada tahun 2002-2008 terus meningkat. Nilai
ekspor terbesar berasal dari ekspor non migas.
kontribusi ekspor minyak mentah, hasil minyak
dan gas alam terhadap nilai ekspor migas pada tahun 1993-
masing-masing 49,03%, 9,38%, 41,58%,dan pada tahun 2008
masing-masing 42,64%, 12,18%, dan 45,18%.
Kontribusi nilai ekspor hasil pertanian, hasil
industry dan hasil tambang diluar migas terhadap ekspor pada non migas tahun
1993 masing-masing9,64%, 84,93%, 5,34%, dan pada tahun 2008
masing-masing 4,25%, 81,93% dan 13,82%.
Peranan ekspor yang dilihat dari angka multiplier
dan angka elastisitas ekspor terhadap PDB menunjukkan angka multiplier ekspor
relative cukup besar, demikian pula angka elastisitas ekspor lebih besar dari
1, kecuali elastisitas ekspor hasil tambang diluar migas sebesar 0,94%.
Daftar Pustaka :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar